Rabu, 23 September 2009

Guru Perokok

*Bambang Susanto,BA


Sosok guru adalah panutan bagi para siswanya. Guru yang berperilaku santun, akan ditiru oleh siswanya. Sebaliknya seorang pendidik bila berbuat kurang baik sekecil apapun, seperti kebiasaan merokok di areal sekolah; pada hal di depan pintu gerbang sudah terpampang baliho dengan huruf besar“ Anda memasuki kawasan bebas merokok.“ Toh, masih dilanggar juga, jelas akan dicontoh oleh para muridnya baik langsung maupun tidak. Berikut kisah seorang sarjana - guru Sukwan yang perokok.
Saat Ning, istri Pak guru sedang nguleg sambal, tiba – tiba suaminya datang dalam keadaan terburu – buru. “Ning, Ning, Ning...” “ Oalah cak, ada apa tho, cak, ah! kalau ngomong bikin terkejut saja, ayo, duduk dulu, duduk, duduk...memangnya ada apa tho?” Sahut Ning Atik istri Pak guru, ketus. “ Begini Ning, anak kita satu – satunya, Wulan, sudah pukul 14 kok belum datang juga. Biasanya jam sekian ini sudah tiba di rumah. Aduh bagaimana ini?”
Ning, telah selesai sambalnya. Sambil menata peralatan makan di meja makan, Ning menimpali ocehan suaminya itu. “Ya, ya, Cak, saya sudah tahu itu; mau nelpun kita tidak punya pesawat telpun, mau menyusul, ya kita tidak punya sepeda motor” “Masalahnya bukan itu Ning!” Tegas Cacak sambil menyalakan rokok kretek kesayangannya. “ Begini Ning, sekarang ini aparat Kepolisian kerja sama dengan Polisi Pamong Praja dan Dinas Pendidikan menggelar operasi yang disebut dengan operasi Budi pekerti. “ Jelas Cacak. “ Lalu apa hubungannya dengan anak kita, Wulan” Kejar Ning. “ Lho, sangat gawat Ning. Kalau anak kita sampai tertangkap oleh Polisi; wah, kita bisa celaka dan susah. Sebab kita ini bisa dipanggil oleh kepolisisan, begitu pula Bapak-Ibu gurunya ikut dipanggil juga. Urusannya bisa panjang!”
“ Aduh Gusti... memangnya anak kita salah apa ya, kalau sampai tertangkap aparat? ” Ucap Ning sambil mendudukkan pantatnya di kursi makan. “ Ya, bisa bermacam – macam, misalnya: pengaruh teman, jam kosong karena ada rapat dewan guru sehingga murid- muridnya bisa leluasa ke PS, terminal, mall dan tempat – tempat nongkrong anak remaja sehingga saat – saat jam efektif itu petugas kepolisian bisa menangkapnya.” Terang Cacak sambil menghembuskan kepulan asap rokok. “Cak,Cak tapi sampai detik ini anak kita kan baik – baik saja, kan? Tidak menampakkan tingkah laku yang nyleneh!” Desak Ning ragu – ragu.
Tiba- tiba saja dari balik pintu masuk depan rumah terdengar suara Bell sepeda “ Kring, kring, kring....” Ning dan Cacak terhenyak dan bangkit dari tempat duduknya.” Lho, itu Wulan, Wulan Cak, datang....” Ning berhambur menuju ke depan dan mengajaknya masuk dan duduk. “ Wulan, kamu tidak apa-apa kan? Dan mengapa kamu datang terlambat, cepat ceritakan Wulan...” Ucap Ning sambil menggoncang - gonjang pundak Wulan. “ Dan kamu tidak tertangkap oleh Satpol PP, kan ? “ sambung Cacak. “ Anu, anu, anu bannya bocor sehingga aku jalan kaki. Sepeda itu aku tuntun terus dari sekolah. Akan tambal ban, uang saku habis!” Jelas Wulan dengan wajah memelas.” Nah, Syukur kamu tidak tertangkap Polisi, syukur....” Ucap Cacak manggut – manggut. “ Ayo, sekarang ganti pakaian dan cepat makan....” Sambung Ning.
“ Nah, apa yang ku bilang kemarin sore, terbukti kan? Ban sepeda sudah tipis tapi kamu cuek saja. Kalau beli rokok tak mau ketinggalan, dasar!” Ketus Ning sambil melirik wajah Cacak yang giginya mulai hitam karena nikotin. “ Tapi, yang penting Wulan kan selamat tidak terjadi apa- apa kan?”
“ E,e,e...ada permasalahan lagi dan sangat mendesak Cak! Kebiasaan merokokmu itu itu lho, andai aku jadi asesor sertifikasi guru tak akan kululuskan kamu. Ntar, uang tunjangannya kau habiskan hanya untuk membakar paru –paru dan jantungmu itu. Apa lagi kebiasaan burukmu itu pasti langsung atau tidak langsung akan dicontoh oleh murid – muridmu, tahu! Ingat Cak, asap rokok yang telah kamu hisap itu jelas akan dihirup juga oleh siapapun termasuk para muridmu itu. Perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif. Ah!” Kejar Ning tegas sambil membalikkan pantatnya. Cacak terpojok, akankah terus merokok?
*Anggota PGPL (Paguyupan Guru Penulis Lumajang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar