Rabu, 28 Maret 2012

PELANGGAR HAM BERAT TAK TERSENTUH HUKUM


SAYA tertarik pada berita VOA (Sabtu, 24 Maret 2012) tentang pelanggaran HAM berat di China. Dikatakannya, oleh seorang dokter yang mendapat suaka politik, bahwa para Napi yang telah dijatuhi hukuman mati (kebanyakan kaum religious), organ tubuhnya diambil untuk donor cangkok. Tapi, dikatakannya pula pernyataan dokter tersebut hanya untuk mendapatkan suaka politik. Pernyataan dokter itu, saya yakin tak dibuat-buat. Banyak pelanggaran berat yang dilakukan oleh penguasa China. Siapapun yang berseberangan dengan pemerintah, dibungkam, dan dihabisi demi kelanggengan sebuah kekuasaan.
            Setelah saya amati selama bertahun-tahun, kejadian di China itu, ternyata ada benang merah dengan yang terjadi di Indonesia pada Th. 1965-1966. Seorang dokter, sebut saja H.B (67 tahun), warga RT O4 RW 02 Kelurahan Kepuharjo, Kabupaten Lumajang- Jawa Timur. Pernah bertutur pada saya, bahwa kaum Komunis (PKI) dan simpatisannya (1965-1966) dihakimi masa, tanpa proses peradilan sedikitpun. Di mana-mana: di sungai, di persawahan, di perkebunan, di tepi-tepi pantai, di sungai-sungai, jurang-jurang, sumur-sumur; banyak ditemukan mayat-mayat.
Sebagai mahasiswa kedokteran (H.B.) dan temannya; menyikapi kejadian tersebut, tentunya atas perintah para dozennya, mencari mayat-mayat itu; terutama yang tergeletak di tempat-tempat umum kemudian dibawa ke tempat penyimpanan mayat Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM). “ ya, Pak RT, mayat-mayat itu betul-betul melebihi kapasitas yang ada. Sehingga para calon dokter (kakak kelas saya) ; untuk praktek bedah mayat, pilih-pilih. Yang fisiknya: tinggi, besar, kekar, tulang belulangnya dirangkai lagi sebagai alat peraga. Yang fisiknya kecil lemah, setelah jadi objek bedah mayat disingkirkan begitu saja. Dan alat peraga berupa rangkaian tulang manusia asli itu diperjualbelikan ke sekolah-sekolah Menengah Tingkat Atas di seluruh Indonesia,” tutur H.B pada suatu malam di rumah Pak RT.
            Saya sebagai RT di tempat yang sama (lulusan IKIP Negeri Surabaya 1976) jurusan Seni-Rupa. Dulu ketika saya masih kuliah, dalam mata kuliah Menggambar Bentuk, oleh dozen diberi objek tengkorak kepala manusia. Katanya tengkorak itu asli. Jangan-jangan…? Maka, saya pikir fenomena di China dan Indonesia pada zaman ORBA sama saja. Pelanggaran HAM berat tak satu pun yang tersentuh hukum. Bagaimana bisa tersentuh, apalagi terjerat? Sebab yang melakukan pelanggaran HAM berat itu penguasa dan para pelaku di lapangan itu atas restu penguasa? Mana mungkin penguasa menghukum dirinya sendiri. Seperti halnya pelanggaran HAM di China, menghabisi lawan-lawan politiknya?!

Rabu, 25 Agustus 2010

NASKAH PELUIT CINTA MENGGEMPARKAN KHASANAH PERBUKUAN

PELUIT CINTA  PELUIT CINTA   PELUIT CINTA....
Workshop Penulisan


BELUM lama ini (Sabtu, 13 Juli 2010) di GOR Wira Bhakti Lumajang diadakan bursa buku murah (28 Juli-4 Agustus 210). Banyak acara yang digelar untuk mendukung acara utama, seperti: lomba mewarna, baca puisi, story telling, musik sahur, festival band pelajar, festivalAl Banjari, donor darah, talkshow dan bedah buku, loba merangkai buah, temu bintang dan launching buku “ Aku pasti bisa” : Acenk, lomba Busana Batik Anak-anak dan Remaja, lomba membungkus kado (Dharma Wanita), dan penampilan KS modeling inc.
Yang paling menarik adalah acara workshop penulisan. Sebagai nara sumber, pihak panitia mendatang seorang penulis muda yang produktif. Telah 32 judul yang berhasil diterbitkan. Yang menggelitik para peserta adalah Anang Made Mahmudi ( nara sumber) bukan dari jurusan yang ada kaitannya dengan budaya menulis; seperti jurusan Sastra. Dia lulusan fisika.
Jumlah peserta sebanyak 75 orang sudah duduk rapi di tempat acara, tapi hingga pkl 12.00 nara sumber tidak kunjung tiba. Spontan, ada beberapa pererta yang pulang dan tak kembali lagi. Tony sebagai ketua panitia nampak mondar-mandir gelisah, menunggu kehadiran nara sumber dari lembaga Lingua Kata itu.“Maaf, kedatangan Pak Anang agak terlambat, karena macet di sekitar LAPINDO,” kilah Tony menepis rasa gelisahnya.
“ Untung yang diundang para intelektual, andai pesta dangdut, pasti sudah porak-poranda pentasnya,” cetus seorang peserta yang tak mau disebutkan namanya. Walaupun kedatangan Nara sumber sangat terlambat ( Pkl. 12.30 baru dimulai) acara tetap dibuka oleh seorang MC dan moderator ( Mhs. Unmuh-Lumajang); dan diawali oleh Ketua Panitia. Banyak hal yang baru-baru dalam workshop kali ini.
Para peserta pun, banyak mengajukan berbagai pertanyaan, terutama perihal kesulitan-kesulitan dalam menulis sebuah buku, penerbitan dan lain-lain. Menurut Anang ada 4 hal agar tulisan itu baik, yaitu: tulisan harus meyakinkan, menghibur, memotifasi dan harus mendidik. Acara yang sedianya dimulai pukul 09.00 (wib) dan molor hingga pukul 12.30 baru dimulai, berlangsung hangat. Yang paling menarik, adalah kehadiran seorang penulis yang membawa naskah novel siap cetak (Bambang Sastro D.H).
Naskah setebal 100 halaman itu mengisahkan petualangan seorang pelaut, yang terperangkap dalam berbagai kapal dan akhirnya terdampar di Taiwan.. Naskah bertajuk “PELUIT CINTA” sarat dengan misi: nasionalisme, ke-Tuhanan, pluralisme dan tentunya CINTA sebagai pernak-pernik yang merona. Buku novel ini sangat disayangkan bila terelak dari sergapan para pembaca. Tunggu, penerbitannya.(bs)

Workshop Pemantapan Program Adiwiyata


Liputan

Syaroh, Rara, Kalista
            RABU, 27 Januari 2010, sebanyak 120 orang tampak memenuhi aula SMPN 1 Sukodono yang berada di lantai 2, mereka adalah peserta workshop pemantapan program adiwiyata. Di depan, nampak para narasumber telah siap melaksanakan acara. Hadirin yang terdiri dari : SMKN 1 Lumajang, SMAN 2 Lumajang, SDN 2 Kepuharjo dan SMP Sumbersuk, nampak antusias mengikuti acara yang digelar. Winadi, selaku kepala sekolah menjadi salah satu narasumber memberikan sambutan. Begitu pula narasumber yang lain (DINAS PLH).
                                                                          
            Acara tersebut terasa sangat padat tapi menyenangkan, manakala pemaparan yang disampaikan oleh kepala sekolah SMP 1 Sukodono, menggunakan perangkat lunak LCD. Banyak materi yang disampaikkan perihal keberadaan SMP 1 Sukodono sebagai sekolah adiwiyata. Apalagi sekolah kita tahun ini akan mengikuti program adiwiyata mandiri bahkan adiwiyata kencana. Itulah sebabnya workshop pemantapan adiwiyata ini terasa sangat mendesak dan penting bagi sekolah-sekolah lain, baik bagi para guru maupun para siswa.
            Berikut beberapa peserta yang berhasil kami (JJ) wawancarai :
*SMPN 3 Lumajang
Kira-kira apakah sekolah anda sudah optimis untuk mengikuti program adiwiyata?
Tahun kemarin kami sudah mempersiapkan diri, dan tahun ini kami sudah dicalonkan oleh Dinas PLH sebagai calon peserta adiwiyata dan berkas-berkas sekolah kami tentang adiwiyata sudah terkirim.
Menurut anda, sekolah-sekolah manakah yang layak menjadi sekolah adiwiyata?
Untuk tingkat provinsi ada 7, peserta ini kira-kira diatas 20 untuk SMP, akan tetapi hanya 3 sekolahlah yang lolos yaitu : SMP 3 Lumajang, SMP 1 Senduro dan SMP 2 Gucialit.
Masalah dana program adiwiyata membutuhkan dana yang cukup besar. Trobosan apa saja untuk sekolah-sekolah lain agar dapat mengikuti program adiwiyata?
Dalam bentuk barang seperti bunga dan pot, sehingga tidak harus dalam bentuk uang.
Apa pesan dan kesan anda mengenai sekolah kami?
SMPN 1 Sukodono tingkatannya adalah paling tinggi, maka kami lebih banyak menimba ilmu dari sekolah ini.
*SMAN 2 Lumajang
                           Cowok : pertama saya salut terhadap SMP 1 Sukodono, karena sekolah ini sudah tidak perlu diragukan lagi untuk menjadi sekolah adiwiyata.
                            Cewek  : Osis SMAN 2 Lumajang sudah mempunyai program tersendiri seperti kerja bakti. Dan untuk alumni SMP 1 Sukodono yang berada di SMA harus bida menyalurkan ilmunya agar SMA tersebut bisa mengikuti program adiwiyata seperti SMP 1 Sukodono ini.





Workshop pemantapan program adiwiyata yang diselenggaarakan di SMP 1 Sukodono ini, bukan yang kali pertama. Kegiatan semacam ini tidak hanya dari sekolah-sekolah di wilayah Lumajang. Dari kabupaten dan provinsi lain banyak yang mengikutinya, sebagai bahan jujukan sekolah sekolah asal, semisal sari : katingan (Kalteng), SMPN 1 tapen Bondowoso, SMP 1 Bondowoso, MKKS PEMKOT Surabaya, SMK 1 Purwosari (Pasuruan), SMAN 1 Grati (Pasuruan), SMP 4 Genteng banyuwangi, SMPN 5 Kepanjen, MKKS RSBI Jawa Timur, SMP 17 Surabaya dan masih banyak lagi. (srk)